Selasa, 03 November 2009

Berkenalan Dengan GKJ Kenalan


Sakit Keras
-----------
Cerita ini berawal dari sakitnya Sumari, istriku tercinta. Sudah
sekitar tujuh bulan dia tergeletak lemah tak berdaya di rumah akibat
penyakit yang tidak jelas. Segala upaya kulakukan demi kesembuhan
ibu dari anak-anakku itu. Beberapa tetanggaku menyarankan supaya aku
datang pada "orang pintar" yang cukup terkenal di daerah kami.
Karena belum percaya Yesus dan terdorong keinginan kuat supaya
istriku sembuh, aku turuti saja saran mereka. Hampir 10 dukun sudah
aku datangi namun tidak ada hasilnya. Bagaimana bisa berhasil kalau
cara pengobatannya aneh? Obat dari dukun hanya berupa segelas air
putih mentah yang diberi bunga mawar, kenanga, kanthil dicampur
arang dari dupa yang telah dibakar. Air segelas itu harus diminum
sampai habis. Meski tidak masuk akal, entah kenapa aku dan istriku
percaya dan menuruti petunjuk dukun itu. Sakit istriku tidak kunjung
sembuh malah sebaliknya semakin parah saja.

Setelah lelah, berobat ke sana kemari, aku datang pada Pak Jasmin,
seorang penyuluh pertanian yang bertugas di desaku. Aku ceritakan
semua tentang istriku dan usaha yang telah kulakukan. Kemudian Pak
Jasmin yang juga anggota majelis GKJ Ngablak itu menawarkan untuk
mendoakan istriku secara Kristen. Meski belum pernah mengenal Yesus,
aku rela saja istriku didoakan dalam nama Yesus karena aku sangat
ingin dia sembuh. Tim doa GKJ Ngablak yang terdiri dari tujuh orang
itu lalu mengunjungi rumahku. Mereka bersatu hati mendoakan istriku
yang semakin hari semakin lemah saja. Sebelum pulang, mereka
menganjurkan supaya istriku dibawa ke dokter saja. Herannya, istriku
langsung menuruti anjuran mereka padahal sebelum itu dia tidak
pernah mau kalau diajak berobat ke dokter. Mungkin Tuhan sendiri
yang membuka hatinya. Hasil pemeriksaan dokter membuat hatiku miris.
Bagaimana tidak? Ternyata ada tumor yang cukup ganas bersarang di
rahim istriku. Dengan hati sedih, aku membawanya ke RS Dr. Karyadi
untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Menurut dokter,
akar tumor itu sudah menjalar ke mana-mana sehingga tidak dapat
diangkat. Satu-satunya pengobatan adalah dengan cara disinar saja.
Namun itu pun tidak dapat segera dilaksanakan karena Hb istriku
terlalu rendah. Baru setelah seminggu dirawat, istriku dapat disinar
(dibestral). Di rumah sakit itu, istriku tinggal sekamar dengan
pasien kanker kandungan lainnya. Selama dirawat tiga bulan, istriku
menyaksikan teman-teman sekamarnya meninggal satu per satu. Hanya
dia yang dapat bertahan. Peristiwa tersebut tidak membuat istriku
takut ataupun patah arang. Dia tetap semangat bahkan punya
kemantapan dapat sembuh dari penyakit ini. Keyakinan ini
didapatkannya setelah dia percaya dan menerima Yesus sebagai
Juruselamat.

Memang selama dirawat di rumah sakit, tim doa dari GKJ Ngablak
dengan tekun membesuk dan mendoakan istriku. Dukungan inilah yang
menyemangati istriku untuk bertahan hidup. Bahkan, dia pun mulai
belajar berdoa dengan cara Kristen. Sejak mengenal Yesus, aku juga
rajin berdoa dan mengadakan persekutuan doa di rumahku seminggu
sekali. Itulah yang menguatkan aku.

Pamit Pada Warga
----------------
Sementara itu, keadaan istriku semakin parah saja. Suatu hari, dia
sempat tidak sadar selama beberapa saat. Saat kejadian itu
berlangsung, aku sedang di rumah sibuk memanen tembakau. Saking
sibuknya, aku sampai lupa berdoa. Namun, Tuhan itu tetap baik.
Akhirnya, istriku sadar kembali. Jika ditanya, apa yang dirasakan
selama tidak sadar 30 menit itu istriku selalu tidak dapat
menjelaskan. Selama sakit, istriku pernah bermimpi didatangi oleh
seorang laki-laki berkerudung putih. Laki-laki yang wajahnya tidak
begitu jelas itu lalu menjamah dan menyembuhkannya. Betapapun aku
sudah berdoa dan beriman pada Yesus, sisi kemanusiaanku masih saja
muncul. Hatiku tetap diliputi keraguan, apakah istriku benar-benar
dapat sembuh? Data medis menunjukkan, secara akal manusia istriku
tidak dapat disembuhkan lagi.

Namun ternyata kuasa Tuhan melampaui segala akal manusia. Dari hari
ke hari, keadaan istriku mulai membaik. Aku sangat percaya, ini
adalah pekerjaan Tuhan saja. Karena itu, aku semakin percaya pada
Yesus. Kemantapan hatiku untuk beriman pada Yesus ini langsung
kusampaikan pada warga. Suatu hari aku mengumpulkan beberapa tokoh
warga dari dua dusun di bawah pemerintahanku dalam suatu pertemuan
yang kami sebut dengan rembug desa. Dalam pertemuan ini, aku
menceritakan tentang keadaan istriku yang semakin membaik karena
didoakan oleh Tim Doa dari GKJ Ngablak. Aku lalu menyatakan
keinginanku untuk percaya pada Yesus dan memeluk agama Kristen. Puji
Tuhan, beberapa tokoh itu tanpa paksaan siapa pun menyatakan
keinginan yang sama.

Bersama dengan mereka dan didukung oleh pendeta dan majelis dari GKJ
Ngablak, aku merintis ibadah di desaku.

Tempat Berpindah-pindah
-----------------------
Sekitar 150 warga yang berasal dari tiga desa hadir dalam kebaktian
perdana yang diselenggarakan pada minggu pertama bulan April 1974.
Kenyataan ini sangat menggembirakanku. Kebahagiaanku bertambah,
tatkala dokter mengizinkan istriku dibawa pulang karena keadaannya
sudah membaik. Sebelum pulang, aku sempat bertanya kepada dokter
apakah istriku benar-benar sembuh. Dokter pun menjawab, bahwa kanker
tidak dapat sembuh total, harus tetap kontrol ke dokter. Aku pun
pasrah saja. Kepulangan istriku dari rumah sakit, disambut gembira
oleh para warga. Bayangkan, istriku yang sakit sudah sekian lama
akhirnya dapat sembuh hanya oleh mukjizat dari Tuhan. Kesembuhan
istriku, mendorong 153 warga desa meminta untuk dibaptis. Ya,
akhirnya hati mereka pun terbuka dan menerima Tuhan Yesus sebagai
Juru Selamat pribadinya. Itu terjadi pada bulan Desember 1974 yang
kemudian dijadikan tonggak berdirinya gereja kami.

Selama kurang lebih empat tahun, kami tidak mempunyai gedung gereja.
Kebaktian diadakan berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lain.
Hingga suatu saat, muncul kesadaran pada warga untuk memiliki
sendiri rumah ibadah. Sebagai ungkapan syukurku pada Tuhan, aku
menyerahkan sebidang tanah untuk dibangun gereja. Namun untuk
membangunnya kami masih membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tuhan
lalu mengirimkan hamba-Nya dari Kanada untuk membantu kami. Dana
sebanyak Rp. 1.700.000,00 yang diberikannya sangat berarti bagi
kami. Akhirnya, kerinduan untuk memiliki gedung gereja dapat
terwujud meski masih sangat sederhana. Walau begitu, gedung gereja
kami dapat membawa berkat bagi warga desaku, baik yang percaya Yesus
maupun tidak. Gedung itu berfungsi ganda. Hari Senin hingga Sabtu,
tempat itu dipakai untuk sekolah sedangkan hari Minggu untuk
ibadah.

Seiring dengan perkembangan jemaat, gedung gereja tidak mampu lagi
menampung jemaat. Kami lalu sepakat untuk merenovasi dengan bantuan
beberapa donatur. Kami juga tetap melakukan swadaya dengan
mengumpulkan hasil panen tembakau terbaik kami. Karena itu, sekarang
ada istilah "mbako grejo" (tembakau gereja) untuk menyebut tembakau
terbaik. Saat ini, kami sudah mempunyai gedung gereja yang dapat
menampung 426 jemaat. Karena itulah, pada bulan November 2001 lalu
gereja kami akhirnya didewasakan. GKJ KENALAN, itulah nama gereja
kami. Meski belum mempunyai pendeta, kegiatan kerohanian di gereja
kami tetap bergairah. Kelompok-kelompok PA yang tersebar di beberapa
desa lain aktif melakukan kegiatannya. Ya, kami memang selalu rindu
mempelajari firman Tuhan. Sejarah lahirnya gereja kami sering kali
dianggap unik. Oleh karenanya, kami sering mendapat kunjungan dari
saudara-saudara seiman yang berasal dari berbagai denominasi. Saat
ini, hampir seluruh warga di desa Kenalan sudah percaya pada Yesus
meski masih ada beberapa warga yang belum percaya. Namun kami tetap
hidup damai dan saling menghormati. Sejak percaya Yesus, hatiku
merasa damai dan tenteram. Mukjizat-Nya terus berlangsung dalam
kehidupanku. Sumari, istriku dinyatakan sembuh total dari kanker
yang dideritanya sejak tahun 1976. Ini adalah mujizat yang sangat
besar karena sebelumnya, dokter memvonis dia tidak bisa sembuh. Kini
sudah lebih dari 25 tahun, istriku tetap sehat. Kalaupun sakit, itu
karena faktor usia maklum saja umurnya sudah 70 tahun. Untuk mengisi
hari tua, kami berdua ingin memberi hidup bagi orang lain. Kami
punya kerinduan untuk membantu sesama yang masih berkekurangan.
Bukan berarti hidup kami sudah berkelimpahan. Justru di dalam
kesederhanaan ini, kami ingin tetap dapat membawa berkat bagi
sesama. Itu sebagai tanda ucapan syukur kami pada Tuhan yang telah
memberikan kasih-Nya pada kami.

Sumber Sinode GKJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar